Isi dan Wadah: Konsep Filosofis dalam Bangunan Tradisional Bali

Dalam pandangan Hindu Dharma, hubungan antara isi (manusia) dan wadah (bangunan) disimbolkan sebagai kesatuan harmonis dengan alam tempatnya hidup. Setiap makhluk berada dalam alamnya sendiri, dan konsep ini tertuang dalam pemahaman “kiaskan isi dengan wadah.”

Setiap mahluk sudah merupakan kesatuan yang harmonis dengan alamnya. Sehingga makhluk dengan alam tempatnya hidup dapatlah kita namakan, kiaskan isi dengan wadah. Seperti misalnya ikan dengan air,
burung dengan udara, ikan belut dengan lumpur. Betapa serasinya hubungan mereka itu. Lalu bagaimana halnya dengan manusia yang merupakan keluarga besar dari pada isi alam ini. Apakah manusia sudah puas menerima anugrah alam raya ini dari pada penciptanya.

Keseimbangan Manusia dengan Alam:

  • Ikan dengan Air: Sebagaimana ikan hidup harmonis di dalam air, demikianlah manusia hidup beriringan dengan alamnya.
  • Burung dengan Udara: Seperti burung yang lepas terbang di udara, manusia juga merdeka beraktifitas sesuai kebutuhannya.
  • Ikan Belut dengan Lumpur: Hubungan erat ikan belut dengan lumpur mencerminkan kesatuan yang saling melengkapi di dalam alam.

Manusia sebagai Keluarga Besar Alam:

  • Manusia sebagai keluarga besar alam ini, dengan tanggung jawab untuk memanfaatkan anugrah alam sesuai dengan tuntutan Tri Gunanya (satwa, rajah, tamah).

Membentuk Wadah sesuai dengan Kearifan Lokal:

  • Manusia tidak puas dengan wadah alaminya, sehingga menciptakan wadah sesuai dengan keperluannya sebagai makhluk sosial dan berbudaya tinggi.
  • Wadah-wadah seperti rumah, banjar, dan desa terbentuk berpedoman kepada ajaran-ajaran kepercayaan dan filosofis Hindu Bali.

Peran Ajaran Agama dan Adat:

  • Orang Bali yang taat pada agama dan adat selalu membentuk wadah-wadah mereka dengan memedomani ajaran-ajaran kepercayaan, seperti hasta kosali, hasta bumi, dan Widhi Tatwa.

Konsep Tri Hita Karana dalam Pembentukan Wadah:

  • Ajaran Tri Hita Karana diwujudkan dalam berbagai wadah buatan, seperti bangunan perumahan dan desa pekraman.
  • Bangunan-bangunan terbentuk sesuai dengan petunjuk lontar-lontar dan ajaran Tri Hita Karana, mencerminkan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.

Tujuan Akhir Manusia dalam Ajaran Agama Hindu:

  • Ajaran agama Hindu menyebutkan tujuan akhir umatnya adalah kembali ke asalnya, yaitu semesta alam ini (Panca Maha Bhuta) dan bersatu dengan Tuhan (Paramatma – Sang Hyang Widhi Wasa).

Konsep Bhuwana Alit dan Bhuwana Agung:

  • Manusia dan alam raya diibaratkan sebagai Bhuwana Alit (isi) dan Bhuwana Agung (wadah), mencerminkan persamaan nilai dan unsur di antara keduanya.

Aplikasi Konsep Tri Hita Karana dalam Wadah Buatan:

  • Ajaran Tri Hita Karana tertuang dalam wadah buatan, seperti perumahan dan desa pekraman, untuk mencapai keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.

Dengan menghayati konsep filosofis ini, masyarakat Bali membangun wadah-wadah mereka dengan penuh kearifan lokal dan memastikan bahwa setiap elemen dan tata cara mencerminkan nilai-nilai keseimbangan dan keselarasan.

About tarubali PUPRKIM Prov. Bali MaSIKIAN

View all posts by tarubali PUPRKIM Prov. Bali MaSIKIAN →