Turus Lumbung: Memahami Sanggah Kamulan Darurat di Bali

Turus lumbung merupakan suatu bentuk sanggah kamulan darurat yang dibangun oleh batih baru, yaitu mereka yang belum mampu membuat sanggah permanen. Sanggah ini terbuat dari turus kayu dapdap dan memiliki fungsi khusus untuk ngalumbung atau memuja Hyang Kamulan atau Hyang Kawitan. Sifatnya sementara, turus lumbung berfungsi menjadi tempat pengganti hingga keluarga yang bersangkutan mampu membangun sanggah kamulan yang permanen dalam setahun setelah membuka karang atau rumah baru.

Asal Usul dan Konteks Sejarah Turus Lumbung: Awal mula turus lumbung terkait dengan pertumbuhan penduduk Pulau Bali yang semakin banyak. Banyak warga Bali terpaksa berpencar dan berpindah tempat, seperti yang tercatat dalam Prasasti Sembiran A IV pada tahun 1016 M. Sebagai respons terhadap perpindahan tersebut, di desa baru, mereka membangun bangunan suci sementara menggunakan turus pohon dapdap sebagai tiangnya dan ruangan bambu yang terkenal sebutan sebagai turus lumbung. Kondisi ini terjadi di daerah Tejakula, Buleleng, Bali Utara.

Konstruksi dan Fungsi Turus Lumbung: Turus lumbung memiliki konstruksi sederhana dengan tiang utama yang terbuat dari turus kayu dapdap dan ruangan sederhana yang berfungsi sebagai tempat meletakkan sasajen, terbuat dari bambu. Fungsi filosofis turus lumbung ini melibatkan perlindungan dan penghidupan pemujanya. Turus dapdap berperan sebagai tameng atau perisai pelindung diri, sementara lumbung sebagai tempat penyimpanan padi memiliki makna sebagai sumber penghidupan.

Filosofi dan Transisi ke Sanggah Kamulan Permanen: Meskipun turus lumbung memiliki makna filosofis yang penting, bangunan ini bersifat sementara. Setelah pemiliknya relatif mampu, turus lumbung akan tergantikan oleh sanggah kamulan permanen. Sanggah kamulan permanen menjadi cikal bakal bagi bangunan palinggih yang kemudian kita kenal sebagai kamulan atau sanggah kamulan.

Kesimpulan: Turus lumbung mencerminkan tanggapan kreatif masyarakat Bali terhadap perubahan dan kebutuhan mendesak. Meskipun sementara, bangunan ini memegang peran penting dalam mempertahankan spiritualitas dan identitas budaya. Sebagai bagian dari tradisi arsitektur Bali, turus lumbung menunjukkan ketahanan dan adaptabilitas budaya dalam menghadapi dinamika perkembangan zaman.

About tarubali PUPRKIM Prov. Bali MaSIKIAN

View all posts by tarubali PUPRKIM Prov. Bali MaSIKIAN →