Lansekap Budaya Provinsi Bali dalam Kerangka Warisan Dunia

Lansekap Budaya Provinsi Bali: Sistem Subak sebagai Manifestasi Filsafat Tri Hita Karana dinominasikan sebagai Situs Warisan Dunia sejak tahun 2012. Lansekap Budaya Provinsi Bali yang ditetapkan mencakup aspek-aspek alam dan budaya sebagai bagian dari tradisi Bali yang masih dijalankan. Situs-situs yang dinominasikan mewakili sistem subak Bali, yang terdiri atas sawah terasering, jejaring pura subak, dan sehala atribut benda dan tak-benda dari lembaga subak yang memelihara lansekap sosio-ekologis yang unik ini.

Lansekap Budaya Provinsi Bali

Filosofi Hindu-Bali yaitu Tri Hita Karana (tiga penyebab kebaikan, kemakmuran, atau kebahagiaan) adalah dasar konseptual dari efisiensi pengelolaan sistem subak, termasuk jaringan candi air, agar masyarakat terkait mengupayakan keseimbangan dan keselarasan antara alam gaib, lingkungan dan manusia. Itu berarti bahwa keselarasan alam, agama dan budaya dianggap penting untuk kemakmuran dan kebahagiaan yang sejajar dengan gagasan pembangunan berkelanjutan (MCT, 2011: II-8–II-9, II-18; Pitana, 2005: 13).

Lansekap Budaya Provinsi Bali terdiri dari 4 situs, yang menunjukkan koneksi erat antara komponen alam, religi, dan budaya dari system subak. Keempat situs tersebut adalah Pura Ulun Danu Batur, yang berkedudukan sebagai pura tirta paling utama dan terletak di tepi Danau Batur yang dianggap sebagai sumber utama dari semua mata air dan sungai yang ada di Bali, Lansekap Subak DAS Pakerisan sebagai salah satu sistem subak tertua, Lansekap Subak Catur Angga Batukaru sebagai contoh utama dari arsitektur Bali Klasik, dan Pura Taman Ayun sebagai gambaran perkembangan sistem subak di bawah kerajaan Bali paling besar pada abad ke-19.