Konsep Pengelolaan Sumber Daya Air di Bali

Ajaran leluhur Bali mengenai sumber daya air sendiri sudah tercantum pada lontar-lontar dengan konsep “Segara Gunung‟, yaitu di antara segara dan gunung terdapat mata air yang tidak dapat dipisahkan dengan sungai sebagai urat nadinya. Sungai tersebut diibaratkan sebagai Naga Basuki dengan ekor bertengger di atas gunung dan kepala di laut dan kaki-kaki sebagai anak-anak sungai. Jadi sebenarnya permasalahan dan keberadaan sungai yang ada sudah dibaca oleh leluhur di Bali dengan konsep penanganan membuat empelan/waduk/ embung yang berfungsi sebagai air baku, air irigasi, air sekaligus sebagai pengendali daya rusak air untuk sungai dengan karakteristik aliran langsung menuju ke laut.

Konsep keselarasan dan keseimbangan mengenai sumber daya air yang sampai saat ini masih terpelihara dengan baik adalah Sad Kerthi. Pengejawantahan untuk sumber daya air terutama di sungai yang berkonsepkan Tri Hita Karana dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya air, dapat dikonsepkan sebagai berikut:

  1. Parahyangan, yaitu pengelolaan SDA yang ada di atas, dalam konsep Tata Ruang sungai adalah di Hulu sebagai aspek konservasi.
  2. Pawongan, yaitu interaksi manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan, dalam konsep Tata Ruang sungai sebagai aspek pendayagunaan.
  3. Palemahan, yaitu penunjang aktivitas manusia dan lingkungan, dalam konsep Tata Ruang adalah di Hilir sebagai aspek pengendalian daya air rusak.

Mari Wujudkan Tata Ruang Bali sesuai dengan falsafah Tri Hita Karana dan Nangun Sat Kerthi Loka Bali