Mengenal Lebih Jauh tentang Karakter Pura dalam Tradisi Hindu

Pura, sebagai tempat suci dalam tradisi Hindu, memiliki karakteristik yang mendalam dan bervariasi. Berdasarkan kekuatan yang dipuja di dalamnya, pura dapat kita bedakan menjadi dua jenis utama: Pura Kahyangan dan Pura Keluarga. Kedua jenis pura ini memainkan peran penting dalam kehidupan spiritual umat Hindu, namun keduanya memiliki fokus dan karakteristik yang berbeda.

Pura Kahyangan: Memuja Hyang Widhi dan Prabhawa-Nya

Pura Kahyangan adalah tempat suci yang berfungsi untuk memuja Hyang Widhi, Sang Pencipta, serta segala Prabhawa-Nya atau hukum kemahakuasaan-Nya. Dalam Pura Kahyangan, umat Hindu dari berbagai keturunan, suku, dan bangsa dapat bersembahyang tanpa membeda-bedakan. Ini menunjukkan bahwa kesucian dan pengabdian di Pura Kahyangan terbuka untuk semua orang, tanpa pandang bulu. Ini mencerminkan kesatuan dalam keragaman, sebuah nilai yang sangat kita hormati dalam ajaran Hindu.

Pura Keluarga: Memuja Bhatara Leluhur

Di sisi lain, Pura Keluarga adalah tempat suci yang berfungsi untuk memuja Bhatara Leluhur, yaitu arwah atau leluhur yang telah suci. Di Pura Keluarga, sembahyang dan pengabdian oleh keluarga tertentu yang memiliki hubungan darah atau kepurusan dengan leluhur. Meskipun demikian, Pura Keluarga bukanlah tempat yang eksklusif; meskipun tidak wajib bagi semua umat, orang lain yang menghormati dan mau bersembahyang di sana penerimaannya tetap dengan tulus adanya.

Keterkaitan dan Makna Spiritual

Meskipun memiliki fokus yang berbeda, baik Pura Kahyangan maupun Pura Keluarga memiliki peran penting dalam kehidupan spiritual umat Hindu. Pura Kahyangan mencerminkan nilai-nilai inklusivitas, kesatuan, dan keberagaman, sementara Pura Keluarga menyoroti pentingnya hubungan dengan leluhur dan warisan spiritual yang terwariskan melalui garis keturunan. Keduanya mengajarkan pentingnya pengabdian, penghormatan, dan koneksi dengan alam semesta serta leluhur.

Dalam kesimpulan, karakter Pura dalam tradisi Hindu menyoroti beragam aspek spiritual dan sosial dari kehidupan umat Hindu. Pura tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol kesatuan, keberagaman, dan warisan spiritual yang berharga bagi umat Hindu di seluruh dunia. Dengan memahami dan menghormati karakteristik ini, kita dapat lebih mendalam dalam memahami dan menghargai kekayaan spiritual dan budaya Hindu.

Hasil-Hasil Pesamuhan Agung PHDI Tahun 2010

Struktur Pura dan Denah

Struktur yang dimaksud di sini ialah hubungan Pura Kahyangan yang satu dengan Pura Kahyangan yang lain. Berdasarkan dari kekuatan yang dipuja, semua pura Kahyangan berfungsi sama yaitu sebagai stana Hyang Widhi dan setiap Umat Hindu dapat bersembahyang di pura tersebut. Namun berdasarkan kewilayahannya maka adanya struktur atau tingkatan pura adalah tergantung kesepakatan umat Hindu. Ini semata-mata berdasarkan pada wilayah dan fungsi strategis dalam hal pembinaan umat.
Selanjutnya mengenai denah, jika areal memungkinkan maka alangkah baiknya halaman pura terdiri dari tiga yang disebut Tri Mandala meliputi:

  • Kanista Mandala: halaman luar pura, sebagai tempat kegiatan pembinaan umat seperti, pendidikan, hiburan, upacara selain Dewa Yajna. Kantoran Parisada, Balai Adat, dan sebagainya.
  • Madya Mandala: halaman tengah sebagai, tempat bekerja untuk menyiapkan upacara Yajna di pura, juga dapat berfungsi sebagai tempat pembinaan umat, pertemuan, upacara Yajna lainnya.
  • Uttama Mandala: halaman dalam, sebagai tempat bangunan suci dan untuk melaksanakan yajna kehadapan para Dewa/Ista Dewata manifestasi kemahakuasaan Tuhan (Hyang Widhi).

Sedangkan bangunan yang patut ada di setiap mandala (halaman) sesuai dengan fungsinya maupun kebutuhan di pura. Untuk Uttama Mandala maka bangunan uttama adalah Padmasana atau Padmasari jika itu pura Kahyangan. Untuk lebih jelasnya perihal bangunan pura sebaiknya minta petunjuk Parisada setempat.

About tarubali PUPRKIM Prov. Bali MaSIKIAN

View all posts by tarubali PUPRKIM Prov. Bali MaSIKIAN →