Bhuwana Agung dalam konteks bangunan pura di Bali mencerminkan pandangan kosmologi Hindu Bali terhadap alam semesta. Struktur pura yang ada di Bali dirancang untuk merefleksikan berbagai tingkatan dunia serta hubungan spiritual dengan dewa-dewi. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan beberapa variasi pembagian Bhuwana Agung dalam struktur pura dan makna mendalam di baliknya.
1. Pembagian Tiga (Tri Loka: Bhur – Bhwah – Swah)
Pembagian ini merupakan salah satu bentuk dasar struktur pura di Bali, yang terbagi menjadi tiga bagian utama:
- Jaba Sisian: Bagian ini melambangkan dunia bawah atau Bhur Loka.
- Jaba Tengah: Terletak di tengah pura, area ini menggambarkan dunia tengah atau Bhwah Loka.
- Jeroan: Merupakan bagian dalam pura yang melambangkan dunia atas atau Swah Loka.
Dengan pembagian ini, struktur pura mencerminkan konsep Tri Loka, yaitu tiga dunia yang terdiri dari dunia bawah, dunia tengah, dan dunia atas.
2. Eka Bhuwana
Sebaliknya, pada struktur Eka Bhuwana, pura hanya memiliki satu bagian utama yang dikenal sebagai tempat suci. Konsep ini menggambarkan penyatuan antara alam atas dan alam bawah dalam satu kesatuan, mencerminkan harmoni antara dunia yang nampak dan tidak nampak.
3. Pembagian Dua
Pembagian ini lebih sederhana tetapi tetap memiliki makna yang mendalam. Struktur ini terdiri dari:
- Jaba Pura: Bagian luar pura, melambangkan alam bawah atau pertiwi.
- Jeroan: Bagian dalam pura, melambangkan alam atas atau akasa.
Melalui pembagian ini, struktur pura menegaskan pemisahan antara dunia material dan dunia spiritual.
4. Pembagian Tujuh (Sapta Loka)
Untuk pura besar seperti Pura Agung Besakih, pembagian ini lebih kompleks dan terdiri dari tujuh tingkatan alam:
- Bhur Loka: Dunia material.
- Bhwah Loka: Dunia antara.
- Swah Loka: Dunia spiritual.
- Maha Loka: Dunia agung.
- Jana Loka: Dunia pengetahuan.
- Tapa Loka: Dunia meditasi.
- Setia Loka: Dunia kesetiaan.
Pura yang menggunakan pembagian tujuh biasanya dikelilingi oleh tembok dengan empat paduraksa di keempat sudutnya, yang membagi kompleks pura menjadi beberapa area penting.
Struktur Pura Berdasarkan Gerbang dan Ruang
Pura juga memiliki struktur berdasarkan gerbang dan ruang yang memfasilitasi berbagai fungsi ritual. Misalnya, Pintu Gerbang I (Candi Bentar) adalah simbol Gunung Kailasa, tempat Siwa bertapa. Di luar Candi Bentar, biasanya terdapat balai kulkul dan wantilan. Selain itu, Pintu Gerbang II (Candi Kurung atau Kuri Agung) berfungsi sebagai pintu masuk ke halaman dalam pura (Jeroan), dengan hiasan Kala sebagai simbol pelindung.
Di dalam Jeroan, terdapat berbagai elemen penting:
- Meru: Tempat bersemayamnya para dewa.
- Gedong: Stana bagi dewi-dewi seperti Dewi Sri dan Dewi Danuh.
- Manjangan Sluang: Tempat mengenang dan menghubungkan dengan Mpu Kuturan.
- Padmasana: Tempat suci bagi Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa).
- Pengaruman: Tempat sementara untuk pemujaan.
- Piyasan: Area untuk menghias rangkaian upacara.
- Bale Paselang: Tempat untuk sesajen.
- Bale Pawedan: Tempat pendeta melakukan pemujaan.
- Tugu Capah: Tempat penjaga pura.
Secara keseluruhan, struktur dan pembagian Bhuwana Agung dalam pura menggambarkan hubungan harmonis antara alam fisik dan spiritual. Melalui pemahaman ini, kita dapat lebih menghargai makna di balik setiap elemen dalam bangunan pura Bali.