🕯️ Om Ampura, Hyang Kawitan… Ruang ini bukan milik kita, melainkan titipan taksu dari masa lalu untuk masa depan.
Bali bukan hanya pulau pariwisata — Bali adalah pulau spiritualitas, di mana ruang bukan sekadar peta, tetapi tempat bersemayamnya jiwa leluhur.
Dalam setiap desa di Bali, ada dua sistem yang berjalan bersisian namun saling menghidupkan:
-
Desa Dinas yang mengelola layanan administratif.
-
Desa Adat yang menjaga taksu, dresta, dan kawitan.
Tapi dalam perencanaan tata ruang hari ini, sering kali desain ruang hanya dihitung dari koordinat, bukan dari kawitan. Padahal, tata ruang Bali sejati adalah tata rasa, tata bakti, dan tata hidup.
📍 Apa Itu Ruang Berbasis Kawitan?
Ruang desa di Bali tidak bisa dibangun hanya dari atas meja perencana. Ia harus lahir dari jejak langkah leluhur, dari suara gamelan yang ditabuh setiap purnama, dari jalur melasti yang dilalui puluhan generasi.
Di situlah pentingnya konsep:
-
Tri Mandala (utama–madya–nista)
-
Tri Hita Karana (parahyangan–pawongan–palemahan)
-
Desa Kala Patra (tata ruang sesuai tempat, waktu, dan kondisi)
📜 Ruang Sakral Harus Ditata, Bukan Diabaikan
Saat kawasan suci tergeser oleh bangunan modern, kita tidak hanya kehilangan ruang — kita kehilangan rasa malu kepada leluhur.
Tata ruang desa harus memberi ruang pada:
-
Pura Kawitan dan Kahyangan Tiga
-
Subak dan Beji
-
Setra dan jalur upacara
-
Pekarangan leluhur dan arah hadap rumah
Semua ini bukan “zona larangan” dalam peta teknis. Ini adalah zona pemuliaan dalam tata hidup.
🌿 Menuju Masterplan Desa Berjati Diri
Pemerintah Provinsi Bali, melalui pendekatan baru, tengah menyusun masterplan penataan wilayah desa berbasis budaya dan spiritualitas Bali. Tujuannya bukan hanya mencegah konflik lahan, tetapi juga:
âś… Menghidupkan kembali ruang sebagai tempat suci,
âś… Mengintegrasikan kelembagaan desa dinas dan desa adat,
âś… Mewujudkan desa yang tidak hanya rapi secara teknis, tapi utuh secara rasa dan taksu.
🙏 Penutup: Mewangun Bali Saking Kawitan
“Jika ruang dibangun tanpa menghaturkan sembah pada kawitan, maka bangunan tak punya taksu. Tapi jika ruang lahir dari rasa bakti, maka ia jadi tempat hidup, bukan sekadar tempat tinggal.”
Mari kita rawat ruang Bali,
Bukan hanya dengan aturan — tetapi dengan hati.
Bukan hanya untuk hari ini — tetapi demi generasi nanti.
🕊️ Rahayu ring jagat desa, ring kawitan, ring rasa.
📌 Artikel ini merupakan bagian dari serial “Ruang Adat Bali” oleh admin MaSIKIAN Bali
