Perumahan Tradisional Bali

Pengertian

Desa Tradisional Bali, dikenal sebagai desa adat. Desa ini adalah komunitas yang terdiri dari tiga unsur utama. Unsur tersebut adalah kahyangan tiga (pura desa), krama desa (warga desa), dan karang desa (wilayah desa) (Sulistyawati, 1985:3). Menurut Gelebet (1986:48), perumahan tradisional Bali adalah tempat tinggal dengan pola tradisional yang berlandaskan norma dan nilai-nilai adat.

Collectie Wereldmuseum (v/h Tropenmuseum), part of the National Museum of World Cultures

Konsep Desa Tradisional Bali

Desa tradisional Bali berdasarkan pada filosofi seperti Bhuana Agung (alam semesta) dan Bhuana Alit (manusia). Ada juga konsep Tri Hita Karana, Tri Angga, dan Hulu-Teben. Konsep ini menghasilkan tata nilai Sanga Mandala, yang mengatur tata ruang pada skala rumah maupun desa.

Meskipun penerapan konsep ini bervariasi, Ardi P. Parimin (1986) menyimpulkan bahwa perumahan tradisional Bali memiliki empat atribut utama:

  1. Atribut Sosiologi
    Atribut ini mencakup sistem kekerabatan masyarakat Bali. Sistem ini termasuk desa adat, banjar, subak, dan sekeha, yang mencerminkan kebersamaan dan gotong-royong.
  2. Atribut Simbolik
    Atribut simbolik berkaitan dengan orientasi perumahan yang mengikuti sumbu utama desa. Rumah dan halamannya selaras dengan arah suci (kaja) dan profan (kelod), yang menjaga keseimbangan kosmologis.
  3. Atribut Morfologi
    Atribut ini mengacu pada komponen fisik dalam perumahan inti dan wilayah di sekitarnya. Setiap komponen memiliki fungsi dan makna, seperti natah (halaman tengah) sebagai pusat aktivitas keluarga.
  4. Atribut Fungsional
    Perumahan tradisional Bali berfungsi sebagai tempat tinggal sekaligus pusat aktivitas keagamaan dan sosial. Setiap desa memiliki tiga pura desa (Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem), yang menunjukkan peran penting agama dalam kehidupan masyarakat.

Keempat atribut ini menggambarkan bahwa perumahan tradisional Bali adalah cerminan dari filosofi dan nilai-nilai luhur masyarakat Bali. Selain sebagai tempat tinggal, rumah juga menjadi pusat interaksi sosial dan spiritual.

Aspek Sosial dalam Perumahan Tradisional Bali

Dalam masyarakat Bali, konsep teritorial memiliki dua pengertian utama. Pertama, teritorial dipahami sebagai kesatuan wilayah tempat masyarakat melaksanakan upacara-upacara dan kegiatan sosial. Kegiatan ini tertata sebagai sistem budaya yang dikenal sebagai desa adat. Kedua, desa juga dipahami sebagai kesatuan wilayah administrasi yang disebut desa dinas atau perbekalan (Depdikbud, 1985). Sistem kemasyarakatan desa mengikat warganya melalui awig-awig (aturan adat), kebiasaan, dan kepercayaan (Bappeda, 1982:32).

Pada skala yang lebih kecil, ada banjar. Banjar merupakan bagian dari desa dalam dua bentuk: banjar adat dan banjar dinas. Dalam konteks desa adat di Bali, banjar adalah kelompok masyarakat yang lebih kecil dan merupakan persekutuan hidup sosial. Mereka hidup bersama dalam suka maupun duka, berdasarkan kesatuan wilayah setempat (Agung, 1984; Covarrubias, 1986). Banjar juga memiliki peran penting sebagai lembaga tradisional yang dilengkapi dengan Bale Banjar. Bale Banjar ini menjadi pusat kegiatan sosial, upacara, dan tempat pertemuan bagi warga banjar (Adhika, 1994:2).

Dari sisi wilayah, hubungan antara desa dinas dan desa adat bervariasi, seperti berikut:

  1. Satu desa dinas terdiri dari satu desa adat.
  2. Satu desa dinas mencakup beberapa desa adat.
  3. Satu desa adat mencakup beberapa desa dinas.
  4. Kombinasi dari poin 2 dan 3.

Perbedaan variasi ini menunjukkan kompleksitas dalam struktur sosial desa-desa di Bali. Setiap desa dinas atau adat tetap memiliki fungsi sosial yang kuat melalui lembaga-lembaga tradisional yang ada, baik di tingkat desa maupun banjar.

Atribut Sosiologi dalam Perumahan Tradisional Bali

Atribut sosiologi mencakup sistem kekerabatan yang menjadi fondasi masyarakat Bali. Sistem ini melibatkan berbagai institusi tradisional, seperti desa adat, banjar, subak, dan sekeha, yang semuanya mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan gotong-royong.

  • Desa adat berperan sebagai wadah bagi masyarakat untuk menjalankan adat istiadat, serta berbagai upacara keagamaan dan sosial.
  • Banjar adalah komunitas sosial yang lebih kecil di dalam desa adat, berfungsi sebagai tempat warga berkumpul dan bekerja sama dalam berbagai kegiatan, baik dalam keadaan suka maupun duka.
  • Subak merupakan sistem irigasi tradisional yang mengatur distribusi air untuk lahan pertanian, dan juga mencerminkan semangat kebersamaan dalam menjaga keseimbangan alam.
  • Sekeha adalah kelompok kerja yang terbentuk untuk berbagai kegiatan sosial, seperti gotong-royong dalam membangun rumah atau membantu acara adat.

Melalui institusi-institusi ini, masyarakat Bali mempertahankan tradisi kekerabatan dan kerja sama yang kuat, yang menjadi dasar dalam kehidupan sosial dan budaya mereka.

Atribut Simbolik dalam Perumahan Tradisional Bali

Atribut simbolik dalam perumahan tradisional Bali erat kaitannya dengan orientasi kosmologis yang mengikuti sumbu utama desa. Dalam konteks ini, rumah dan halamannya diatur dengan hati-hati untuk mencerminkan harmoni antara alam dan spiritualitas, berdasarkan dua arah utama: kaja (arah gunung, yang dianggap suci) dan kelod (arah laut, yang dianggap profan).

  • Kaja, sebagai arah suci, merupakan tempat bangunan-bangunan yang memiliki fungsi sakral atau penting secara spiritual. Di bagian ini biasanya terletak pura keluarga atau tempat ibadah.
  • Kelod, arah profan, biasanya ditempati oleh bangunan dengan fungsi duniawi, seperti dapur atau bangunan yang dianggap kurang suci.

Melalui tata letak ini, keseimbangan kosmologis antara unsur sakral dan duniawi tercapai, sesuai dengan ajaran Tri Hita Karana, yang mengatur harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. Selain itu, hal ini memastikan bahwa kehidupan sehari-hari tetap berjalan dalam keseimbangan dengan kekuatan spiritual dan alam semesta.

Atribut Morfologi dalam Perumahan Tradisional Bali

Atribut morfologi mengacu pada komponen fisik yang terdapat dalam perumahan inti dan wilayah di sekitarnya dalam struktur tradisional Bali. Setiap komponen memiliki fungsi serta makna tersendiri, yang mencerminkan filosofi dan nilai-nilai budaya Bali.

  • Natah (halaman tengah) adalah ruang terbuka di tengah kompleks rumah yang berfungsi sebagai pusat aktivitas keluarga. Ini adalah area di mana interaksi sosial dan berbagai kegiatan keseharian berlangsung, sekaligus menjadi simbol harmoni dan keseimbangan ruang.
  • Bangunan utama (bale daja) terletak di bagian kaja, sebagai tempat suci untuk kegiatan spiritual atau pertemuan keluarga yang penting.
  • Bangunan lainnya, seperti dapur (paon) dan lumbung, berada di bagian kelod untuk kegiatan duniawi.

Melalui susunan ini, komponen fisik perumahan Bali tidak hanya memiliki peran fungsional, tetapi juga melambangkan keseimbangan antara spiritualitas dan kehidupan sehari-hari. Struktur morfologi ini selaras dengan konsep Tri Angga, yang membagi ruang ke dalam tiga tingkatan nilai: utama, madya, dan nista.

Atribut Fungsional dalam Perumahan Tradisional Bali

Perumahan tradisional Bali tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai pusat berbagai aktivitas keagamaan dan sosial. Dalam konteks kehidupan masyarakat Bali, agama dan sosial adalah dua aspek yang saling terkait dan terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari.

  • Tempat tinggal: Selain sebagai hunian, perumahan tradisional menjadi pusat kehidupan keluarga dan komunitas, di mana kegiatan sosial, ekonomi, dan ritual berlangsung.
  • Aktivitas keagamaan: Setiap desa adat memiliki tiga pura desa, yaitu Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem, yang menunjukkan pentingnya agama dalam struktur masyarakat. Pura-pura ini berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada para dewa dan leluhur, dengan setiap pura memiliki fungsi spesifik dalam upacara keagamaan dan adat.
  • Aktivitas sosial: Selain fungsi keagamaan, perumahan Bali juga menjadi tempat berbagai kegiatan sosial dan adat. Bale Banjar, sebagai bagian dari komunitas, menjadi pusat pertemuan dan kegiatan warga, baik dalam suasana suka maupun duka.

Melalui atribut fungsional ini, perumahan tradisional Bali menjadi cerminan nilai-nilai komunitas, kebersamaan, dan harmoni antara kehidupan spiritual dan sosial.

About tarubali PUPRKIM Prov. Bali MaSIKIAN

View all posts by tarubali PUPRKIM Prov. Bali MaSIKIAN →