Tata Ruang Bangunan Tradisional Bali dalam Teks Asta Kosala Kosali adalah sebuah konsep arsitektur yang mendalam dan filosofis yang menggabungkan dimensi religius, budaya, dan harmonisasi dengan alam semesta. Dalam budaya Bali, pembangunan bangunan tradisional tidak hanya berdasarkan kebutuhan fungsional, tetapi juga memperhatikan nilai-nilai spiritual, sosial, dan kosmologis yang termuat dalam teks-teks kuno seperti Asta Kosala Kosali, Asta Bhumi, dan Asta Dewata.
1. Struktur dan Filosofi Tata Ruang Tradisional Bali
Tata ruang bangunan tradisional Bali mengikuti beberapa konsep penting yang berkaitan dengan harmoni antara manusia, lingkungan, dan alam semesta. Konsep-konsep ini adalah bagian dari panduan spiritual dan arsitektur yang memastikan keseimbangan dan keberlanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa konsep utama yang diterapkan dalam tata ruang Bali meliputi:
- Tri Hita Karana: Menekankan pada hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (Parhyangan), manusia dengan sesama (Pawongan), dan manusia dengan alam (Palemahan).
- Rwa Bhineda: Menggambarkan dualitas yang ada dalam kehidupan seperti baik dan buruk, suci dan tidak suci, yang semuanya saling melengkapi dan membentuk keseimbangan.
- Tri Bhuwana dan Tri Angga: Pembagian ruang menjadi tiga bagian sesuai dengan alam semesta (Bhur, Bwah, Swah) dan tubuh manusia (kepala, badan, dan kaki).
- Pola Tri Mandala: Pembagian ruang ke dalam tiga zona, yaitu zona suci (utama mandala), zona madya (madya mandala), dan zona nista (nista mandala). Zona utama biasanya digunakan untuk tempat suci seperti pura, sementara zona nista sebagai tempat untuk aktivitas yang bersifat duniawi.
2. Pengarahan Tata Ruang dan Orientasi Bangunan
Bangunan tradisional Bali juga sangat memperhatikan arah dan orientasi sesuai dengan pengider-ider (mata angin). Dua konsep utama yang berfungsi untuk orientasi adalah:
- Kaja-Kelod: Merujuk pada arah gunung dan laut, di mana arah Kaja (ke gunung) dianggap sebagai arah yang suci, sementara Kelod (ke laut) merupakan arah yang lebih profan. Contoh penerapannya adalah pura yang pembangunannya menghadap ke arah Kaja, sedangkan tempat kuburan atau kandang binatang ditempatkan di arah Kelod.
- Segara-Gunung: Menghubungkan bangunan dengan energi alami, di mana gunung melambangkan keabadian dan lautan melambangkan kehidupan duniawi yang lebih rendah.
Arah timur (matahari terbit) juga memiliki makna spiritual yang penting, sering kali dianggap lebih utama daripada barat (matahari terbenam).
3. Konsep Sikut dan Ukuran Bangunan
Dalam teks Asta Kosala Kosali, setiap bangunan pengukuran dengan sistem sikut yang sangat ketat. Ukuran ini berdasarkan proporsi tubuh manusia, sehingga setiap bagian bangunan memiliki kesesuaian dengan harmoni kosmis. Perhitungan ini tidak hanya bertujuan untuk aspek estetika, tetapi juga untuk menjaga keberuntungan dan kesejahteraan bagi penghuni bangunan tersebut.
Konsep pengurip-ngurip memiliki makna “jiwa” yang membuatnya hidup dan memiliki kekuatan spiritual yang melindungi penghuninya. Bangunan yang tidak sesuai dengan aturan sikut ini mengadung makna membawa kesialan atau penderitaan bagi penghuninya.
4. Struktur Ruang dalam Pekarangan
Setiap bagian dari pekarangan tradisional Bali memiliki fungsi khusus yang terhubung dengan simbol-simbol religius. Contohnya:
- Paduraksa: Gerbang masuk yang berada di sudut pekarangan dan sering kali menjadi simbol perlindungan.
- Sanggah: Tempat pemujaan keluarga yang biasanya berada di sudut Kaja-Kangin (timur laut), sebagai arah yang paling suci.
- Angkul-angkul: Gerbang utama yang sering kali menjadi penghubung antara dunia luar dan pekarangan pribadi.
5. Dinamika dan Adaptasi
Meskipun tata ruang tradisional Bali sangat kaku dalam hal spiritualitas dan aturan, ada fleksibilitas dalam adaptasi terhadap perkembangan zaman, terutama dalam konteks urbanisasi dan modernisasi. Namun, prinsip-prinsip dasar tetap kita jaga, seperti keseimbangan antara alam, manusia, dan bangunan, yang memastikan kelestarian lingkungan dan budaya.
Secara keseluruhan, tata ruang tradisional Bali yang terkandung dalam Asta Kosala Kosali mencerminkan cara hidup yang sangat terhubung dengan alam, spiritualitas, dan sosial kemasyarakatan.