A. Latar Belakang
Bali sebagai salah satu destinasi wisata dunia memiliki potensi besar untuk mengembangkan desa wisata sebagai bagian dari strategi pariwisata berkelanjutan. Desa wisata menawarkan daya tarik budaya, kearifan lokal, dan keindahan alam yang khas, sehingga mampu mendukung pemberdayaan masyarakat lokal sekaligus meningkatkan kontribusi ekonomi daerah. Namun, perkembangan desa wisata di Bali masih menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait infrastruktur dasar yang belum memadai.
Kondisi infrastruktur desa wisata di Bali (Before) sering kali belum memenuhi standar, baik dari segi fasilitas transportasi, penginapan, pengelolaan sumber daya air, hingga komunikasi. Hal ini menyebabkan keterbatasan aksesibilitas, kenyamanan wisatawan, dan optimalisasi potensi wisata. Sebagai contoh, masih banyak desa wisata yang memiliki akses jalan kurang memadai, sistem pengelolaan air limbah sederhana, dan minimnya sarana informasi bagi wisatawan.
Proyek perubahan Dewi Sinta (Desa Wisata dengan Standar Infrastruktur Tangguh) hadir sebagai solusi untuk menjawab tantangan ini. Dengan menyusun Standar Infrastruktur Tangguh, proyek ini bertujuan untuk menciptakan infrastruktur desa wisata yang tangguh dan berkelanjutan (After). Standar ini tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pada pengintegrasian kearifan lokal Bali, pemberdayaan masyarakat, dan penguatan daya saing desa wisata. Proyek ini diharapkan mampu memberikan dampak positif jangka panjang, seperti peningkatan kualitas layanan wisata, pemberdayaan masyarakat lokal, dan pelestarian lingkungan. Dengan target pencapaian jangka pendek selama 60 hari, proyek ini menjadi langkah awal yang strategis dalam mempercepat transformasi desa wisata di Bali menuju standar infrastruktur yang lebih tangguh dan berdaya saing.

1.2. Tujuan Penyusunan Standar
Penyusunan Standar Infrastruktur Tangguh dalam Proyek Perubahan Dewi Sinta (Desa Wisata dengan Standar Infrastruktur Tangguh) bertujuan untuk:
- Meningkatkan Kualitas Infrastruktur Desa Wisata
Menyediakan pedoman pengembangan infrastruktur desa wisata yang memenuhi kebutuhan wisatawan dan masyarakat lokal dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal Bali.
- Meningkatkan Daya Saing Desa Wisata
Meningkatkan daya tarik desa wisata Bali di pasar pariwisata global melalui infrastruktur tangguh yang mendukung kenyamanan, aksesibilitas, dan keberlanjutan.
- Mengatasi Tantangan Infrastruktur
Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah infrastruktur desa wisata, seperti pengelolaan air limbah, persampahan, drainase, serta akses transportasi, agar lebih efektif dan efisien.
- Mendukung Pariwisata Berkelanjutan
Menjamin keberlanjutan desa wisata melalui infrastruktur yang ramah lingkungan, mendukung efisiensi energi, serta mengintegrasikan teknologi modern dengan kearifan lokal.
- Mendorong Pemberdayaan Masyarakat Lokal
Memfasilitasi keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan infrastruktur desa wisata, sehingga dapat menciptakan peluang ekonomi baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
- Mewujudkan Desa Wisata Tangguh dalam Jangka Pendek
Menyusun standar infrastruktur tangguh sebagai panduan untuk transformasi desa wisata Bali yang dapat dicapai dalam waktu 60 hari, sebagai langkah awal untuk pengembangan lebih lanjut. Penyusunan standar ini diharapkan menjadi pijakan strategis untuk mengoptimalkan potensi desa wisata di Bali, sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pengembangan infrastruktur yang berkelanjutan dan inklusif.
B. Ruang Lingkup
Penyusunan Standar Infrastruktur Tangguh dalam Proyek Perubahan Dewi Sinta mencakup pengembangan infrastruktur yang mendukung desa wisata di Bali dengan fokus pada aspek-aspek berikut:
1. Kondisi Infrastruktur Desa Wisata (Before)
- Memetakan kondisi umum infrastruktur desa wisata di Bali.
- Mengidentifikasi tantangan dan permasalahan infrastruktur yang menghambat pengembangan desa wisata.
- Menganalisis kebutuhan infrastruktur untuk mendukung pelayanan wisatawan dan pemberdayaan masyarakat.
2. Standar Infrastruktur Tangguh (After)
Penyusunan standar infrastruktur yang mencakup:
- Infrastruktur Tradisional dan Kearifan Lokal
Pengintegrasian elemen budaya Bali ke dalam infrastruktur desa wisata.- Infrastruktur Jaringan dan Sumber Daya
Meliputi air bersih, air minum, pengelolaan limbah, persampahan, dan drainase.
- Infrastruktur Pendukung Pariwisata
Seperti penginapan, jalur sepeda, jalur pejalan kaki, serta fasilitas evakuasi bencana.
- Infrastruktur Ekonomi dan Energi
Mendukung pengembangan BUMDes, homestay, dan akses energi yang efisien.
- Infrastruktur Komunikasi dan Informasi
Penyediaan akses teknologi digital untuk mendukung layanan pariwisata dan promosi.
- Infrastruktur Jaringan dan Sumber Daya
- Menyusun rencana implementasi infrastruktur tangguh dalam jangka pendek selama 60 hari.
1.3.4. Kawasan Cakupan
- Desa wisata yang tersebar di seluruh Bali, dengan prioritas pada desa-desa yang memiliki potensi wisata tinggi namun menghadapi tantangan infrastruktur.
1.3.5. Pendekatan dan Metode
- Menggunakan pendekatan kolaboratif antara pemerintah, masyarakat lokal, dan pelaku pariwisata.
- Memanfaatkan data spasial dan analisis kebutuhan infrastruktur untuk menentukan prioritas pengembangan.
Ruang lingkup ini dirancang agar standar yang dihasilkan dapat menjadi panduan strategis dalam membangun desa wisata yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan.