BANGUNAN TRADISIONAL BALI DAN FUNGSINYA

KAJIAN TEKNIS

BANGUNAN TRADISIONAL BALI DAN FUNGSINYA
(Bahan Penyusunan Draf Peraturan Gubernur Bali tentang Standar Infrastruktur Tangguh Desa Wisata maupun Desa Adat di Bali)

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali dikenal sebagai destinasi wisata dunia karena keunikan budaya dan kearifan lokalnya. Salah satu elemen penting dari kebudayaan Bali adalah arsitektur tradisional yang mencerminkan filosofi Tri Hita Karana, yaitu harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. Struktur bangunan tradisional Bali tidak hanya berfungsi praktis tetapi juga memiliki nilai-nilai spiritual dan sosial yang mengakar dalam kehidupan masyarakat.

Dalam upaya mewujudkan Desa Wisata dan Desa Adat yang tangguh, diperlukan pedoman teknis untuk menjaga keaslian bangunan tradisional Bali sekaligus memastikan keberlanjutan infrastruktur desa. Oleh karena itu, kajian ini disusun sebagai dasar dalam penyusunan Peraturan Gubernur Bali tentang Standar Infrastruktur Tangguh Desa Wisata maupun Desa Adat.

1.2 Tujuan

  1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan jenis bangunan tradisional Bali beserta fungsinya.
  2. Menyusun panduan teknis untuk mempertahankan dan mengadaptasi bangunan tradisional dalam standar infrastruktur tangguh.
  3. Mendorong pelestarian nilai budaya Bali dalam pembangunan desa wisata dan desa adat.

1.3 Manfaat

  1. Sebagai referensi teknis dalam penyusunan kebijakan perlindungan bangunan tradisional Bali.
  2. Mendukung desa wisata dan desa adat yang tangguh, berkelanjutan, dan berlandaskan kearifan lokal.
  3. Menjaga keunikan budaya Bali sebagai identitas global.

 BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Filosofi Arsitektur Tradisional Bali

Arsitektur tradisional Bali berlandaskan pada konsep Asta Kosala Kosali dan filosofi Tri Hita Karana.

  1. Tri Hita Karana: Harmonisasi hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), manusia dengan sesama (Pawongan), dan manusia dengan alam (Palemahan).
  2. Asta Kosala Kosali: Pedoman tata ruang dan pembangunan yang mencakup orientasi bangunan berdasarkan arah mata angin dan fungsi ruang sesuai nilai adat.

BAB III

BANGUNAN TRADISIONAL BALI DAN FUNGSINYA

3.1 Jenis Bangunan Tradisional Bali

Berikut adalah jenis bangunan tradisional Bali beserta fungsi utamanya:

No Jenis Bangunan Fungsi
1 Angkul-Angkul Pintu gerbang utama sebagai pembatas dan akses masuk pekarangan.
2 Aling-Aling Pembatas energi negatif dan menjaga privasi antara pintu masuk dan halaman.
3 Bale Dangin Tempat upacara adat seperti pernikahan, potong gigi, dan kegiatan ritual.
4 Bale Dauh Tempat istirahat, interaksi sosial, dan menerima tamu.
5 Bale Delod/Meten Kamar tidur utama untuk kepala keluarga.
6 Paon Dapur tradisional sebagai pusat aktivitas memasak dan sumber energi.
7 Jineng Lumbung penyimpanan hasil panen, terutama padi.
8 Sanggah/Merajan Tempat ibadah keluarga dan pemujaan leluhur.
9 Bale Kulkul Menara untuk menggantung kulkul (kentongan) sebagai alat komunikasi.
10 Bale Tebe Bangunan tambahan untuk menyimpan alat dan keperluan ekonomi lainnya.

3.2 Nilai dan Fungsi Bangunan Tradisional Bali

  1. Nilai Sosial: Bangunan seperti Bale Dauh dan Bale Dangin digunakan sebagai tempat interaksi keluarga dan komunitas dalam melaksanakan kegiatan adat dan sosial.
  2. Nilai Spiritual: Sanggah/Merajan adalah manifestasi hubungan manusia dengan Tuhan dan leluhur, mencerminkan nilai-nilai Tri Hita Karana.
  3. Nilai Ekonomi: Jineng berperan sebagai pusat ketahanan pangan keluarga, yang menjadi simbol kemandirian ekonomi.
  4. Nilai Ekologis: Bangunan tradisional dibangun dengan menggunakan material lokal seperti batu bata, alang-alang, dan kayu yang ramah lingkungan.

BAB IV

KAJIAN TEKNIS PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TANGGUH

4.1 Prinsip Pengembangan Bangunan Tradisional

  1. Pelestarian Keaslian: Desain bangunan tetap mempertahankan struktur dan pola tradisional Bali.
  2. Adaptasi Teknologi: Memasukkan unsur teknologi modern tanpa merusak estetika tradisional.
  3. Material Berkelanjutan: Penggunaan material lokal yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

4.2 Standar Infrastruktur Tangguh

  1. Struktur Fisik:
    • Membangun dan merenovasi bangunan sesuai Asta Kosala Kosali.
    • Menerapkan konstruksi yang tahan bencana (gempa dan banjir) dengan teknologi ramah lingkungan.
  2. Ruang Publik:
    • Memfasilitasi bangunan tradisional sebagai ruang edukasi wisata budaya.
    • Menyediakan jalur akses yang ramah lingkungan di sekitar desa adat.
  3. Penguatan Fungsi Sosial dan Ekonomi:
    • Mendorong Bale Banjar sebagai pusat kegiatan ekonomi kreatif dan promosi UMKM desa.
    • Menjadikan bangunan tradisional sebagai daya tarik utama dalam paket wisata desa.

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Bangunan tradisional Bali memiliki fungsi yang tidak hanya praktis, tetapi juga mengandung nilai sosial, spiritual, ekonomi, dan ekologis. Dalam pengembangan desa wisata dan desa adat, pelestarian bangunan tradisional harus dilakukan dengan memperhatikan filosofi Tri Hita Karana serta prinsip keberlanjutan.

5.2 Rekomendasi

  1. Pemerintah Provinsi Bali perlu menetapkan standar teknis pembangunan dan renovasi bangunan tradisional Bali dalam Peraturan Gubernur.
  2. Mendorong partisipasi desa adat dalam menjaga dan mengembangkan bangunan tradisional sebagai infrastruktur wisata budaya.
  3. Memberikan insentif bagi desa wisata yang berhasil melestarikan bangunan tradisional sesuai dengan kearifan lokal.

Lampiran

  1. Contoh gambar bangunan tradisional Bali.
  2. Panduan teknis pemeliharaan bangunan tradisional.
  3. Studi kasus desa wisata dan desa adat yang berhasil menerapkan infrastruktur tangguh.

Dokumen ini dapat menjadi acuan utama dalam penyusunan Peraturan Gubernur Bali untuk memastikan desa wisata dan desa adat yang tangguh, berkelanjutan, dan tetap berakar pada keunikan budaya Bali.