Analisis Potensi dan Permasalahan Regional dan Global: Tantangan Alam, Manusia, dan Kebudayaan Bali ke Depan

Dinamika kehidupan di tingkat lokal, nasional, dan global terus bergerak cepat dan memunculkan beragam tantangan yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap Alam, Manusia, dan Kebudayaan Bali. Dalam dokumen strategis Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025–2125, seluruh potensi, permasalahan, dan arah kebijakan jangka panjang telah dirumuskan secara komprehensif sebagai pedoman untuk menjaga keberlanjutan Bali dalam menghadapi perubahan global.


🌿 1. Permasalahan dan Tantangan Alam Bali ke Depan

Alam Bali menghadapi tekanan yang semakin berat, baik karena faktor alamiah maupun akibat dinamika pembangunan dan aktivitas manusia.

Beberapa isu strategis yang diidentifikasi meliputi:

a. Menurunnya kesucian alam Bali β€” akibat polusi, penodaan kawasan suci, pencemaran danau dan sungai, serta aktivitas pariwisata massal seperti pendakian gunung tanpa pengelolaan berbasis kesucian.
b. Alih fungsi lahan pertanian β€” kebutuhan untuk permukiman, industri, dan pariwisata menyebabkan berkurangnya lahan sawah dan mengancam ketersediaan pangan.
c. Degradasi kawasan hutan β€” berimplikasi pada menurunnya kualitas udara, sumber air, dan keanekaragaman hayati.
d. Krisis air bersih β€” menurunnya debit danau, mata air, dan sungai mengancam irigasi serta pasokan air bagi masyarakat dan industri pariwisata.
e. Kerusakan ekosistem perairan β€” pencemaran, sedimentasi, dan eksploitasi berlebihan mengancam keberlanjutan biota air.
f. Perubahan iklim global β€” menyebabkan peningkatan suhu, kekeringan, banjir, dan tanah longsor, termasuk bencana yang baru-baru ini terjadi seperti Banjir Bali 10 September 2025, yang menegaskan urgensi mitigasi dan adaptasi iklim.
g. Keterbatasan energi fosil β€” mendorong kebutuhan percepatan transisi menuju energi bersih dan terbarukan (EBT) untuk menjamin keberlanjutan energi Bali.

Dengan demikian, kebijakan ke depan menuntut penerapan konsep Jagat Kerthi β€” penyucian dan pemuliaan alam semesta β€” melalui tata ruang ekologis, konservasi sumber daya alam, serta pengendalian pemanfaatan ruang berbasis risiko.


πŸ‘₯ 2. Permasalahan dan Tantangan Manusia Bali ke Depan

Secara genealogis, manusia Bali memiliki keunggulan karakter dan kearifan, namun mengalami degradasi akibat perubahan sosial, ekonomi, dan budaya.

Beberapa permasalahan utama antara lain:

a. Degradasi karakter dan identitas ke-Bali-an, di mana nilai jemet (rajin), dabdab (tertib), dan lascarya (tulus ikhlas) mulai terkikis oleh gaya hidup konsumtif.
b. Menurunnya semangat gotong royong dan solidaritas sosial, yang melemahkan kohesi sosial dan ketahanan masyarakat.
c. Migrasi dan urbanisasi, yang menyebabkan kepadatan penduduk di wilayah perkotaan dan alih fungsi lahan di perdesaan.
d. Penurunan minat terhadap pertanian dan kelautan, akibat dominasi sektor pariwisata dan rendahnya regenerasi tenaga kerja muda di sektor primer.
e. Menurunnya tingkat fertilitas penduduk lokal, yang berpotensi mengancam keberlanjutan nama-nama tradisional seperti Nyoman/Komang dan Ketut, serta eksistensi manusia Bali sebagai pelaku utama kebudayaan.
f. Keterbatasan kompetensi tenaga kerja lokal, terutama dalam menghadapi tantangan digitalisasi dan globalisasi ekonomi.
g. Ketimpangan sosial dan penguasaan aset oleh pihak asing, yang berimplikasi pada menurunnya kemandirian ekonomi lokal dan degradasi moral.

Untuk menjawab tantangan ini, Bali perlu memperkuat Jana Kerthi β€” penyucian dan pemuliaan manusia β€” melalui pendidikan berbasis kearifan lokal, peningkatan kualitas SDM unggul, dan revitalisasi nilai-nilai luhur Bali dalam tata kehidupan modern.


🎭 3. Permasalahan dan Tantangan Kebudayaan Bali ke Depan

Kebudayaan Bali β€” sebagai roh kehidupan masyarakat β€” menghadapi tantangan besar di tengah arus globalisasi dan teknologi digital.

Permasalahan utama yang dihadapi antara lain:

a. Menurunnya nilai-nilai kesopanan dan etika sosial akibat penetrasi budaya global.
b. Menurunnya pelaku budaya lokal seiring dengan menurunnya populasi penduduk asli Bali.
c. Komersialisasi seni dan budaya tradisional, yang mengancam kesakralan dan orisinalitas karya seni Bali.
d. Pelanggaran kekayaan intelektual budaya dan menurunnya penghargaan terhadap karya seni tradisi.
e. Modernisasi arsitektur dan kuliner yang menekan eksistensi arsitektur dan masakan khas Bali.
f. Menurunnya fungsi lembaga tradisional seperti Subak dan Puri, yang selama ini menjadi penjaga sistem sosial, budaya, dan agraris Bali.
g. Akulturasi budaya akibat pariwisata massal, yang dapat mengikis nilai-nilai kearifan lokal dan spiritualitas masyarakat.

Untuk menjaga eksistensinya, pembangunan kebudayaan Bali ke depan diarahkan pada penguatan Jana Kerthi dan Atma Kerthi, dengan menjadikan kebudayaan sebagai sumber nilai, identitas, dan ketahanan moral masyarakat.


🌏 Analisis Regional dan Global: Tantangan Berskala Dunia

Dalam konteks global, Bali juga harus bersiap menghadapi isu-isu lintas batas yang berdampak signifikan terhadap keberlanjutan wilayahnya, antara lain:

  • Krisis iklim global dan bencana ekologis yang berdampak langsung pada wilayah pesisir dan sumber daya air.
  • Tekanan globalisasi ekonomi dan pariwisata, yang menuntut diversifikasi ekonomi agar tidak bergantung pada satu sektor.
  • Revolusi digital dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat menggeser pola kerja dan kebudayaan tradisional.
  • Kompetisi geopolitik dan arus migrasi global, yang menimbulkan tekanan sosial dan budaya lokal.
  • Pandemi global dan ancaman kesehatan lintas negara, yang menguji sistem kesehatan dan solidaritas masyarakat Bali.

Analisis ini menjadi dasar bagi arah kebijakan Bali Era Baru untuk memperkuat ketahanan ekologis, sosial, dan kultural, dengan menjadikan Bali sebagai pulau hijau, tangguh, dan spiritual di tengah perubahan dunia.


🌞 Refleksi: Sad Kerthi sebagai Penuntun Jalan ke Depan

Bali ke depan tidak hanya dituntut untuk bertahan, tetapi bertransformasi secara beradab.
Sad Kerthi menjadi pondasi nilai yang menuntun arah pembangunan ke depan:

  • Atma Kerthi β€” menjaga kesucian jiwa manusia,
  • Jana Kerthi β€” membangun manusia Bali unggul,
  • Jagat Kerthi β€” melindungi alam Bali yang suci,
  • Segara dan Danu Kerthi β€” mengembalikan kemurnian sumber air,
  • Wana Kerthi β€” melestarikan hutan dan keanekaragaman hayati.

Eling, Bali bukan sekadar destinasi, tetapi warisan spiritual dunia yang harus dijaga dengan kebijakan yang berimbang antara Sakala dan Niskala.


Daftar Pustaka

  1. Pemerintah Provinsi Bali. (2023). Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2023 tentang Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025–2125. Diakses dari https://jdih.baliprov.go.id/hukum-negara/detail/19 pada 9 Oktober 2025.
  2. Pemerintah Provinsi Bali. (2023). Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2023 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2023–2043. Diakses dari https://jdih.baliprov.go.id/hukum-daerah/detail/312 pada 9 Oktober 2025.
  3. Bappeda Litbang Provinsi Bali. (2024). Rancangan Awal RPJMD Provinsi Bali Tahun 2025–2030. Denpasar: Pemerintah Provinsi Bali.
  4. Kementerian PPN/Bappenas. (2024). RPJPN Indonesia 2025–2045: Indonesia Emas. Jakarta: Bappenas RI.
  5. Sistem Informasi Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Tata Ruang Provinsi Bali (Si Mandara Taru Bali). Diakses dari https://linktr.ee/simandaratarubali pada 9 Oktober 2025.

About tarubali PUPRKIM Prov. Bali MaSIKIAN

View all posts by tarubali PUPRKIM Prov. Bali MaSIKIAN →