Hujan ekstrem yang melanda Bali pada 9–10 September 2025 menyebabkan banjir dahsyat di berbagai wilayah, termasuk Denpasar, Badung, Gianyar, Jembrana, dan sekitarnya. Akibatnya, puluhan jiwa hilang atau terluka, ribuan rumah dan fasilitas publik terendam, dan konektivitas transportasi banyak yang terganggu.go.ifrc.org+3Reuters+3Antara News+3
Peristiwa ini menjadi momentum penting bagi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan memperkuat langkah mitigasi dan adaptasi agar risiko bencana serupa tidak terulang atau setidaknya dampaknya dapat ditekan secara signifikan.
Situasi dan Dampak Banjir
- Menurut laporan Reuters, banjir Bali mengakibatkan sedikitnya 9 korban jiwa dan berdampak pada sekitar 600 orang yang dievakuasi.Reuters
- IFRC mencatat bahwa status darurat dikeluarkan untuk periode 10–17 September 2025, dengan genangan air antara 50 hingga 300 cm di wilayah terdampak.go.ifrc.org
- BNPB memperingatkan bahwa banjir jenis ini kemungkinan dapat berulang (flood recurrence) jika langkah mitigasi dan tata ruang yang berkelanjutan tidak ditingkatkan.Antara News+1
- Analisis media juga menyebutkan bahwa faktor pemicunya tidak hanya curah hujan ekstrem tetapi juga perubahan penggunaan lahan, konversi lahan terbuka menjadi permukiman, penyempitan alur sungai, dan kurangnya ruang infiltrasi air.VOI+2The Bali Media+2
Dari kejadian dan data tersebut, terlihat bahwa banjir Bali ini bukan semata fenomena alam, tetapi juga hasil dari faktor antropogenik dan kelemahan kelembagaan dalam pengelolaan ruang, drainase, dan sistem lingkungan.
Analisis Kerentanan dan Faktor Risiko
Dalam menyusun strategi pengurangan risiko (disaster risk reduction / DRR), beberapa faktor kerentanan dan pemicu perlu dianalisis:
- Konversi lahan dan urbanisasi berlebihan
Banyak kawasan tangkapan air (catchment areas) yang telah berubah fungsi menjadi perumahan, area komersial, atau fasilitas pariwisata. Hal ini mengurangi kapasitas infiltrasi dan mempercepat limpasan permukaan. - Penyempitan alur sungai dan pengurangan sempadan
Bangunan atau infrastruktur yang mendekati atau menempel alur sungai mengurangi kapasitas aliran sungai, meningkatkan kemungkinan luapan saat debit tinggi. - Sistem drainase dan infrastruktur air permukaan yang tidak memadai
Drainase perkotaan yang tidak mencukupi, saluran tersumbat sampah, dan sistem pembuangan air yang buruk memperparah genangan dan keterlambatan aliran air. - Perubahan iklim dan intensitas curah hujan ekstrem
Terjadinya hujan lebat di luar pola musiman normal serta fenomena atmosfer seperti gelombang Rossby atau gangguan cuaca lainnya dapat memicu kejadian curah hujan ekstrem.VOI - Ketidakcukupan kapasitas kelembagaan dan kesiapan masyarakat
Ada kebutuhan peningkatan regulasi, kepatuhan terhadap ruang sempadan, sistem peringatan dini, serta edukasi masyarakat agar lebih tanggap.
Strategi Pengurangan Risiko Bencana (Mitigasi dan Adaptasi)
Berikut langkah-langkah strategis yang bisa diambil oleh Pemerintah Provinsi Bali dan kabupaten/kota terkait:
1. Mitigasi Struktural
- Normalisasi sungai & pelebaran alur
Menormalkan alur sungai kritis (contoh: Ayung, Badung, Tukad Unda, Tukad Sangsang) dan merevitalisasi sempadan sungai agar dapat menampung debit tinggi. - Peningkatan kapasitas drainase perkotaan
Perluasan dan peningkatan kualitas saluran drainase, jaringan pipa pembuangan limpasan, sumur serapan, dan sistem penampungan sementara (retensi) di area kota. - Infrastruktur pengendalian banjir alami
Pembangunan kolam retensi, bioretensi, dan green infrastructure (kanal vegetatif, taman resapan, cicir aliran) untuk meredam aliran puncak. - Rehabilitasi kawasan tangkapan air & reforestasi hulu
Restorasi hutan, reforestasi kawasan hulu serta perlindungan lahan kritis sebagai area penahan curah air. - Penataan bangunan di sempadan sungai
Pengaturan ulang atau relokasi bangunan yang melanggar sempadan sungai, serta menerapkan larangan pembangunan baru di zona rawan.
2. Adaptasi dan Non-struktural
- Sistem peringatan dini dan pemantauan real-time
Pemasangan sensor curah hujan, stasiun hidrologi, platform geospasial yang terintegrasi, serta sistem notifikasi cepat kepada masyarakat. - Pemetaan risiko dan penggunaan data geospasial
Pemanfaatan konektivitas geoportal MaSIKIAN untuk menyajikan peta banjir, zona rawan, database historis, dan peta mitigasi sebagai acuan perencanaan dan respons. - Regulasi dan kebijakan ruang berbasis risiko
Perubahan persyaratan tata ruang, penerapan zonasi berbasis risiko, moratorium konversi lahan kritis, dan pengetatan penegakan hukum ruang. - Edukasi dan partisipasi masyarakat
Pelatihan kesiapsiagaan, simulasi evakuasi, kampanye adaptasi lokal (misalnya sistem resapan di rumah) dan penguatan kelembagaan desa adat atau masyarakat lokal. - Asuransi dan pemulihan yang responsif
Skema asuransi bencana untuk rumah tangga dan usaha kecil, serta dukungan teknis dan keuangan untuk pemulihan cepat infrastruktur publik yang rusak.
Peran Geospasial sebagai Katalisator
Kemampuan sistem informasi geospasial (GIS) dan portal seperti MaSIKIAN sangat penting dalam:
- Menyajikan server map, layanan peta (map service), dan katalog data terkait banjir dan risiko spasial untuk publik dan instansi teknis.
- Mendukung analisis historis banjir, model hidrologi, simulasi skenario banjir berdasarkan curah hujan dan penggunaan lahan.
- Memfasilitasi koordinasi lintas instansi, terutama antara dinas PUPR, BPBD, instansi lingkungan, dan pemerintah kabupaten/kota.
- Menjadi basis data refensi tunggal (single source of truth) bagi perencanaan ruang dan mitigasi bencana, agar kebijakan tidak lepas dari data spasial yang mutakhir.
Tantangan dan Rekomendasi
Tantangan
- Banyak area terdampak merupakan kawasan perkotaan padat dengan kepadatan bangunan yang tinggi, menyulitkan pelebaran alur atau relokasi.
- Regulasi ruang dan penegakan aturan sempadan sungai belum konsisten di semua wilayah kabupaten/kota.
- Pendanaan untuk pemulihan dan peningkatan infrastruktur mitigasi sering terbatas.
- Keterbatasan kapasitas teknis di daerah, baik dalam hal SDM, teknologi penginderaan jauh, maupun pemeliharaan sistem.
Rekomendasi
- Penganggaran mitigasi sebagai bagian prioritas pembangunan
Alokasikan dana provinsi/kabupaten untuk normalisasi sungai, peningkatan drainase, dan sistem peringatan dini. - Koordinasi antarlembaga
Bentuk tim integratif di Bali (Provinsi-Kabupaten-Kota) yang memanfaatkan data geospasial untuk penanganan banjir. - Penegakan regulasi dan kebijakan ruang berbasis risiko
Tegas terhadap pelanggaran ruang sempadan sungai dan konversi lahan kritis. - Peningkatan kapasitas teknis dan operasional
Pelatihan GIS, hidrologi, serta pendampingan untuk pengelolaan sistem mitigasi. - Pemantauan jangka panjang dan review rutin
Lakukan evaluasi dampak dan pemutakhiran regulasi serta model mitigasi secara berkala (setidaknya tahunan), untuk menyesuaikan dinamika iklim dan pembangunan.
Penutup
Banjir Bali 10 September 2025 menjadi peringatan keras bahwa risiko hidrometeorologi akan semakin tinggi di tengah perubahan iklim dan tekanan pembangunan. Langkah pengurangan risiko melalui kombinasi mitigasi struktural, adaptasi non-struktural, serta dukungan sistem informasi geospasial yang terintegrasi merupakan strategi utama agar Bali lebih tangguh menghadapi bencana di masa depan.
Referensi / Daftar Pustaka
- Reuters. Floods in Indonesia’s Bali kill at least nine, officials say. 10 September 2025. Diakses dari https://www.reuters.com/business/environment/floods-indonesias-bali-kill-least-nine-officials-say-2025-09-10/ pada [9 Oktober 2025].
- BNPB / Antara News. BNPB warns Bali faces repeat of deadly September floods. 16 September 2025. Diakses dari https://en.antaranews.com/news/380157/bnpb-warns-bali-faces-repeat-of-deadly-september-floods pada [tanggal akses].
- IFRC. Emergency – Flood Bali September 2025. Diakses dari https://go.ifrc.org/emergencies/7634/details pada [tanggal akses].
- VOI. Bali Floods: Not Just a Result of Global Warming, Moral Factors Too. 12 September 2025. Diakses dari https://voi.id/en/bernas/513907 pada [tanggal akses].
- Tempo English. Was Overtourism Behind the Severe Flooding in Bali? 11 September 2025. Diakses dari https://en.tempo.co/read/2048208/was-overtourism-behind-the-severe-flooding-in-bali pada [tanggal akses].